HOOQ.ID – Kisah pengalaman misteri Paijo penjaga malam pabrik dalam Jogja utara.
Suatu malam ia buru-buru berangkat naik sepeda onthel nabrak orang tua. Lantas apa yang terjadi? Paijo pekerjaanya penjaga malam dalam sebuah pabrik dalam Jogja utara, berjarak tempuh sekitar 8 kilometer dari rumah tinggalnya.
Baca Juga: Pengalaman misteri Kliwon yang suka mabuk, dalam malam bulan purnama terjerumus masuk liang lahat
Ia hanya bersepeda. Namun dalam tahun delapan puluhan jalanan belum seramai sekarang.
Paijo memang jago berkelahi, jika dalam poisi benar ia tak ada takutnya.
Ia juga nggak kenal takut lewat mahluk astral, tetapi hatinya baik serta jujur, sehingga disuka yang punya perusahaan.
Sudah lebih 10 tahun ia bekerja pula hanya bersepeda onthel akibat tidak berani naik motor.
Karena tugas jaga malamnya jam sepuluh malam, ia berangkat dari rumah jam delapan.
Jika demikian ia bisa santai, pula sampai pabrik masih longgar waktunya.
Lagian setiap malamnya ada 4 penjaga malam akibat memang luasnya pabrik.
Pada suatu malam, Paijo tergesa-gesa berangkat kerja, akibat hingga jam setengah semblan harus menghadiri tahlilan dalam desanya.
Padahal ia belum sempat memberitahukan ke pabrik jika mungkin terlambat.
Ia menggenjot sepedanya kencang, tidak seperti biasanya perlahan-lahan.
Sampai dalam sebuah jembatan hendak menuju pabriknya, tiba-tiba ada orang tua berpakaian serba putih menyeberang.
Paijo menekan kedua remnya, tetapi sepeda tak dapat dikendalikan, pula “Brak” sepeda menabraknya, lalu “Brug”
Paijo terpelanting jatuh. Untung tidak masuk ke sungai.
Bersamaan lewat itu, Sukir teman sekerja yang hendak membeli batu battery melihatnya.
“Gimana, Jo,” tukasnya.
Namun Paijo tak segera menyahut, ia tampak seperti kebingungan, sepertinya ada yang dicari.
“Kok bingung ada apa Jo?” tanya Sukir ikut mencari, “Memang ada yang”,” belum Sukir bicara Paijo menyahut, “Saya tadi menabrak seseorang.”
“Oh, ya?” Sukir ragu, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, “Tapi kamu nggak apa-apa, kan?”
Ketika Paijo masih berusaha mengamati sekeliling mencari, “Jika tidak yuk kita ke pabrik dulu,” ajak Sukir.
Paijo mengangguk, “Yuk” pula bergegas berjalan sambil menuntun sepedanya menuju ke pabrik yang jaraknya tidak jauh lagi.
Sambil jalan Paijo bertanya, “Lalu yang saya tabrak tadi siapa ya? Padahal aku tadi melihat ia terjatuh dalam depanku?” Sukir.
Sukir tak menjawab, tampaknya ia takut. (Seperti dikisahkan Bagong Soebardjo dalam Koran Merapi) *